Jumat, 16 Agustus 2013

Antioksidan

0 komentar
Antioksidan
Adalah zat yang dapat menghambat proses oksidasi / radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu molekul/atom yang tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga bersifat reaktif. Dan mempunyai kemampuan merebut electron dari molekul lain yang berjarak jauh. Reaksi ini mengakibatkan rusaknya molekul terdebut. Bila molekul itu merupakan komponen sel/organ sel, akibatnya adalah kerusakan sel yang menjurus pada timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, parkison, Alzheimer.
Radikal bebas merupakan reaksi berantai artinya radikal bebas hasil suatu reaksi akan memicu terbentuknya radikal bebas lainnya. Tapi terbentuknya radikal bebas bersifat prooksidan (pemacu oksidasi) selalu diimbangi dengan terbentuknya antioksidan alami dalam tubuh.
Proses terbentuknya radikal bebas :
1.       Endogen : terbentuk sebagai bagian normal dari proses metabolism didalam tubuh.
2.       Eksogen : serasal dari polusi lingkungan,
Antioksidan alami adalah vit C, Vit E, karotenoid, riboflavin, Zeng, mangan, tembaga, selenium. Berikut adalah beberapa buah-buahan yang mengandung antioksidan :
1..       Buah Berry
Kelompok buah Berry mengandung anthocyanin, ellagic acid dan flavonoid yang dapat membantu menangkal radikal bebas dalam tubuh. Kandungan serat dan mineral juga sangat tinggi seperti magnesium, potassium dan mangan.  Magnesium dan potassium penting bagi kesehatan sistem saraf dan metabolisme tubuh. Lalu mangan, berperan penting dalam melindungi sel dari radikal bebas akibat polusi, asap rokok, makanan, dan lain-lain. Yang termasuk golongan buah berry adalah blueberry, cranberry, strawberry, raspberry, blackberry.
 
2.       Kurma
Buah kurma mengandung kalium (potassium), serat, kalsium, zat besi (Fe), Vit A, B2, B12, dan Vit C, aspirin, salisilat, fosfor, sulfur, natroum (sodium), magnesium, cobalt, seng, fluorin, tembaga (Cu), mangaan, selulosa, dan karbohidrat (berupa glukosa dan fruktosa). Kandungan vitamin C nya berperan sebagai antioksidan.   Kurma mengandung antioksidan yang dikenal sebagai tanin. Tanin diketahui bersifat anti infeksi, anti-inflamasi dan anti-hemoragik.  Kurma adalah sumber vitamin A, yang dikenal memiliki sifat antioksidan dan sangat penting untuk kesehatan mata.  Vitamin A juga diperlukan menjaga kulit tetap sehat.  Mengkonsumsi buah-buahan alami yang kaya akan vitamin A  diketahui membantu melindungi dari kanker paru-paru dan rongga mulut.



3.       Anggur merah
Nutrisi yang terkandung pada anggur adalah artaric acid, malic acid, pectin, tanin, flavone glycosides, flavanoid, resveratrol, mineral, gula, vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan C. Semakin gelap warna anggur maka semakin tinggi kandungan flavanoidnya. Flavanoid merupakan antioksidan yang dapat melindungi kerusakan pembukuh darah dan mencegah penggumpalan trombosit.  Resveratrol berkhasiat sebagai antioksidan yang mengurangi pembentukan plak di dalam pembuluh darah arteri.  Buah anggur juga berkhasiat menjadi pencahar ringan sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pencernaan, penawar racun, peluruh kencing, menghentikan pendarahan, melancarkan aliran darah, anti kanker dan memperkuat tubuh melawan penyakit, seperti fungsi hati yang buruk.



 
4.       Tomat
Tomat  kaya akan nutrisi seperti magnesium, kalium, besi, yodium, kalium, zink, fluoride, vitamin A, C, asam organik . Pigmen tomat yang berwarna merah mengandung lycopene, yaitu zat antioksidan yang dapat menghancurkan radikal bebas dalam tubuh akibat rokok, polusi dan sinar ultra violet. Selain itu lycopene diketahui dapat mencegah kerusakan sel yang dapat mengakibatkan kanker leher rahim, prostat, perut dan pankreas.

5.       Wortel
Beta karoten yang terdapat pada buah wortel ini berfungsi sebagai antioksidan yang dapat membantu tubuh kita untuk melawan pengaruh negatif dari radikal bebas. Untuk itu wortel sangat baik dikonsumsi agar terhindar dari beberapa penyakit. . selain itu wortel juga mengandung vitamin A yang baik untuk penglihatan

Kamis, 15 Agustus 2013

LP Infus

0 komentar
Laporan Pendahuluan
INFUS

A.    Definisi
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.
B.     Tujuan pemasangan infus
1.      Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
2.      Memperbaiki keseimbangan asam basa
3.      Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.
4.      Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
5.      Memonitor tekan vena central (CVP)
6.      Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
C.     Indikasi pemsangan infus
1.      Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
2.      Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin)
3.      Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena
4.      Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
5.      Pasien yang mendapatkan transfuse darah
6.      Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).
7.      Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
D.    Vena yang boleh dipasang infus
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti), pada tungkai (vena saena) atau pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.
E.     Jenis cairan infus
1.      Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
2.      Cairan isotonic
Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi.
3.      Cairan hipertonik
Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.
Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya :
1.      Kristaloidbersifaat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis.
2.      koloidukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.
Jenis cairan infus :
1.      asering
indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat.
Keunggulan :
a.       asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang mengalami gangguan hati.
b.      Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates
c.       Mempunyai efek vasodilator.
2.      KA-EN 1B
Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus emergency
3.      KA-EN 3A Dan KA-EN 3B
Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
4.      KA-EN MGE
Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L
5.      KA-EN 4A
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
6.      KA-EN 4B
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik
7.      Otsu-NS
Indikasi : untuk resusitasi kehilangan na>cl
8.      Otsu –RL
Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat
9.      Martos 10
Indiaksi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic.
10.  Amiparen
Indiaksi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.
11.  Aminovel-600
Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan.
12.  Pan-amin G
Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi
F.      Ukuran jarum infus
1.      Ukuran 16
Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar
2.      Ukuran 18
Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar
3.      Ukuran 20
Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya.
4.      Ukkuran 22
Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus.
Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.
5.      Ukuran 24, 26
Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat
Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.
G.    Prosedur pemasangan infus
1.      Alat :
a.       Standart infus
b.      Set infus
c.       Cairan sesuai program medic
d.      Jarum infus untuk ukuran yang sesuai
e.       Pengalas
f.       Tornikuet
g.      Kapas alcohol
h.      Plester
i.        Gunting
j.        Kasa steril
k.      Betadin
l.        Sarung tangan
2.      Prosedur :
a.       Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
b.      Cuci tanagn
c.       Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infus.
d.      Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar.
e.       Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
f.       Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan sirkular
g.      Gunakan sarung tangan steril
h.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
i.        Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas
j.        Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena
k.      Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan selang infus
l.        Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
m.    Lakukan fiksasi dengan kasa steril
n.      Tuliskantanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
o.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
H.    Prinsip pemasangan infus
1.      Pada ank/paediatrik
a.       Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan
b.      Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi.
2.      Pada lansia
a.       Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer.
b.      Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum
c.       Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.
I.       Kontra indikasi dan peringatan pada pemasangan infus
1.      Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infus
2.      Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa
3.      Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki)
J.       Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus
1.      Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan h=jarum
2.      Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah
3.      Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipassang tidak dipantau secara ketet dan benar
4.      Emboli udara : amsuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Daftar pustaka :
Yuda.2011. Macam-macam cairan infuse, (Online), (http://dokteryudabedah.com/infuse-cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus, diakses 23 Febuari 2013 )
Nn. Pemasangan infuse intravena. (Online), (http://www.healthyrecipesdiary.org/pemasangan-infus-intravena, diakses 23 Febuari 2013)

LP Personal hygiene

0 komentar
Laporan Pendahuluan
Kebutuhan Dasar Manusia
Personal Hygien


A.    Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Personal hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis.
B.     Tujuan
Tujuan dari personal hygiene yaitu sebagai berikut :
1.      Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2.      Memelihara kebersihan disi seseorang
3.      Mencegah penyakit
4.      Menciptakan keindahan
5.      Meningkatkan rasa percaya diri.
C.     Macam-macam personal hygiene
1.      Perawatan kulit kepala dan rambut
2.      Perawatan mata
3.      Perawatan hidung
4.      Perawatan telinga
5.      Perawatan kuku kaki dan tangan
6.      Perawatan genitalia
7.      Perawatan kulit seluruh tubuh
8.      Perawatan tubuh secara keseluruhan
9.      Perawatan gigi dan mulut.
D.    Factor yang mempengaruhi personal hygiene
1.      Body image
Gambaran individu terhadap dirinya mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahn fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2.      Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.      Status ekonomi-sosial
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperrti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk penyediaan.
4.      Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus, ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5.      Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, sebagai contoh orang eropa, umumnha mandi sekali seminggu, karena cuaca di eropa yang memang dingin, dan perempuan didesa yang biasa mandi di suangai sehingga tergolong yang memiliki personal hygiene buruk.
6.      Kebiasaan seseorang
Tiap individu memiliki kebiasanan tersendiri kapan dia ingin memotong rambut, menggunting kuku/bahkan keinginan untuk mandi 2 kali sehari/tidak mandi.
7.      Kondisi fisik
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan personal hygiene perlu lebih berhati-hati pada orang dengan luka terbuka.
E.     Masalah pada personal hygiene
1.      Masalah pada kulit.
a.       Kulit kering disenanknan karena kurang cairan. Lebih terlihat pada kilit tangan, lengan, kaki dan wajah.
b.      Jerawat : inflamantory, erupsi kulit papulopostular.
c.       Hirsutisme : pertumbuhan rambut badan dan muka yang berlebihan terutama pada wanita.
d.      Ruam kulit (erithema) : terjadi karena paparan matahari berlebihan, pelembab atau reaksi alergi.
e.       Dermatitis :kontak   inflamasi kulit ditandai dengan letusan eritema pruritis, nyeri dan lesi bersisik.
f.       Abrasi : lapisan epidermis yang hancur/ terpotog sehingga terjadi perdarahan local dan mengeluarkan cairan serosa.
2.      Masalah pada kaki dan kuku
a.       Kalus : bagian epidermis mengeras, terdiri dari masa sel tanduk dan kerototik. Terjadi pada area permukaan kaki atau telapak.
b.      Katimumul : disebabkan tekanan dari sepatu dan friksi. Terjadi dia rea jari kaki dan penonjolam tulang. Biasanya berbentuk bulat, lonjong/kerucut.
c.       Plantar wart : luka menjamur pada tumit kaki karena virus papiloma.
d.      Fisura : sering terjadi diantara jari kaki disebabkan oleh kulit yang kering dan pecah-pecah.
e.       Tinea pedis : disebabkan jamur pada kaki, keretakan kulit antara jari kaki dengan tumit.
f.       Ingrown toenail : disebabkan karena salah pemotongan kuku dapat menimbulkan nyeri.
3.      Masalah pada mulut
a.       Karies gigi : tumbuhnya lubang merupakan kerusakan email gigi yang berhubungan dengan kekurangn kalsium.
b.      Plak : plak, transparan yang melekat pada gigi. Plak mencegah dilusi asam normal; dan netralisasi karena asam akan merusak gigi.
c.       Penyakit periodontal : merupakan penyakit jaringan sekitar gigi. Penyakit seperti deficit kalkulus, gingival bengkak, peradangan dan alveolar hancur.
d.      Halitosis : sidebut juga bau nafas yang disebabkan oleh intake makanan tertentu dan infeksi. Halitosis juga disebabkan karena kondisi sistemik karena penyakit liver dan diabetes.
e.       Keilosis : timbulnya bibir retak. Disebabkan salvias berlebih, nafas mulut dan defisiendi riboflavin.
f.       Stomatitis / sariawan
: disebabkan oleh tembakau, defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus dan kemoterapi.
Glositis / peradangan lidah : disebabkan oleh infeksi/cedera, luka bakar/gigitan.
Gingginvitis / peradangan gusi : defisiensi vitamin dan personal hygiene yang buruk.
4.      Masalah pada rambut
a.       Ketombe : pelepasan kulit kepala yang disertai rasa gatal. Dapat disebabkan karena bersampo yang tidak teratur.
b.      Alpoesia / kehilangan rambut : dapat disebabkan penggunaan alat pelurus rambut, pengikat rambut dan pemakaian produk pembersih rambut yang tidak cocok. Alopesia terlihat dibagian perifer tumbuhnya rambut.
c.       Pediculosis capitis / kutu pada rambut.
: kutu ini menghisap darah dan meninggalkan telurnya. Penderita akan merasa gatal sekali saat kutu menghisap dan akan timbul bintik hemoragik.
Pediculosis sorporis : yaitu kutu pada badan, seperti diketiak.
Pediculosis pubis : yaitu kutu pada daerah genitalia.
F.      Manifestasi klinis
1.      Fisik
a.       Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b.      Hidung kotor telinga juga kotor
c.       Gigi kotor disertai mulut bau
d.      Kuku panjang dan tidak terawatt
e.       Badan kotor dan pakaian kotor
f.       Penampilan tidak rapi
2.      Psikologis
a.       Malas, tidak ada inisiatif
b.      Menarik diri, isolasi
c.       Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3.      Social
a.       Interaksi kurang
b.      Kegiatan kurang
c.       Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/siakt gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.
G.    Asuhan keperawatan
1.      Pengakajian
a.       Riwayat keperawatan
1)      Keluhan utama
2)      Riwayat kesehatan sekarang
3)      Riwayat kesehatan penyakit dahulu
4)      Riwayat kesehatan keluarga
b.      Perubahan pola fungsional
1)      Pola oksigenasi : pola nafas, bersihan jalan nafas, keluhan sesak nafas.
2)      Pola nutrisi : asupan nutrisi, pola makan, kecukupan gizi.
3)      Pola eliminasi :  pola BAK dan BAB, konsistensi feses, warna urine, volume output.
4)      Pola aktivitas : meliputi gerakan (mobilisasi) pasien
5)      Pola personal hygiene : meliputi kebiasaan menjaga kebersihan tubuh dari penampilan yang baik serta melindungi kulit, kebiasaan mandi, gosok gigi, membersihkan genitalia dll untuk menjaga kesehatan.
c.       Pemeriksaan umum
1)      Kesadaran
2)      TD
3)      Nadi
4)      Suhu
5)      Respiratory rate
d.      Pemeriksaan fisik
1)      Rambut : keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
2)      Kepala : botak/alopesia, ketombe, berkutu, adakah eritema, kebersihan.
3)      Mata : apakah sclera ikterik, apakah konjugntiva pucat, kebersihan mata, apakah gatal/mata merah.
4)      Hidung : adakah pilek, alergi, perubahan penciuman, kebersihan hidung, keadaan membrane mukosa, adakah septum deviasi.
5)      Mulut : keadaan mukosa mulut, kelembapan, kebersihan.
6)      Gigi : adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
7)      Telinga : adakah kotoran, adakah lesi, bentuk telinga.
8)      Kulit : kebersihan, adakah lesi, keadaan turgor kulit, warna kulit, suhu.
9)      Kuku : bentuk, warna, adanya lesi, pertumbuhan.
10)  Genitalia : kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, keadaan kulit.
2.      Diagnoasa keperawatan dan intervensi
a.       Gangguan integritas kulit
Definisi : keadaan dimana kulit seseornag tidak utuh.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1)      Bagian tubuh yang terlalu lama tertekan
2)      Imobilisasi
3)      Terpapar zat kimia
Kemungkinan data yang ditemukan :
1)      Kerusakan jaringan
2)      Gangrene
3)      Dekubitus
4)      Kelemahan fisik
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1)      Stroke
2)      Fraktur femur
3)      Koma
4)      Trauma medulla spinalis.
Tujuan yang diharapkan :
1)      Pola kebersihan diri pasien optimal
2)      Keadaan kulit, rambut kepala bersih
3)      Klien dapat mendiri dalam kebersihan diri sendiri.
Intervensi
rasional
Kaji kembali pola kebutuhan personal hygiene pasien
Data dasar dalam melakukan intervensi
Kaji keadaan luka pasien
Menentukan intervensi
Jaga kulit agar tetap utuh dan kebersihan kulit pasien dengan cara membantu mandi pasien
Menghindari resiko infeksi kulit
Jaga kebersihan tempat tidur, selimut,  bersih
 Mengurangi tekanan dan menghindari luka dekubitus
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril sesuai program
Penyembuhan luka
Observasi tanda-tanda infeksi
Pencegahan infeksi secara dini
Lakukan pijat pada kulit dan lakukan perubahn posisi setiap 2 jam
Mencegah dekubitus
b.      Gangguan membrane mukosa mulut
Definisi : kondisi dimana mukosa mulut pasien mengalami luka.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1)   Trauma oral
2)   Pembatasan intake cairan
3)   Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher
Kemungkinan yang ditemukan :
1)   Iritasi/luka pada mukosa mulut
2)   Peradangan/infeksi
3)   Kesulitan dalam makan dan menelan
4)   Keadaan mulut yang kotor
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1)   Stroke
2)   Stomatitis
3)   Koma
Tujuan yang diharapkan :
1)   Keadaan mukosa mulut, lidah dalam keadaann utuh, warna merah ,muda
2)   Inflamasi tidak terjadi
3)   Klien mengatakan rasa nyaman
4)   Keadaan mulut bersih.
Intervensi
Rasional
Kaji kemabali kebersihan mulut
Data dasar dalam melakukan intervensi
Lakukan keberdihan mulut, sesudah makan dan sebelum tidur
Membersihkan kotoran dan mencegah karang gigi
Gunakan siakt gigi yang lembut
Mencegah pendarahan
Gunakan larutan garam/baking soda dan kemudian bilas dengan air bersih
Larutan garam/baking soda membantu melembankan mukosa, meningkatkan granulasi dan mmenekan bakteri
Laukan pendidikan kesehatan tentang kebersihan mulut
Mencegah gangguan mukosa
Laksanakan program terapi medis
Membantu menyembuhkan luka/infeksi
c.       Kurangnya perawatan diri/kebersihan diri
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1)    Kelelahan fisik
2)    Penurunan kesadaran
Kemungkinan data yang ditemukan :
1)    Badan kotor dan bau
2)    Rambut kotor
3)    Kuku panjang dan kotor
4)    Bau mulut dan kotor
Kondisi klinis kemungkinan terjadipada :
1)    Stroke
2)    Fraktur
3)    Koma
Tujuan yang diharapkan :
1)    Kebersihan diri sesiuai pola
2)    Keadaan badan, mulut, rambut, dan kuku bersih
3)    Pasien merasa nyaman.
Intervensi
Rasional
Kaji kemabli pola kebesihan diri
Data dasar dalam melakukan intervensi
Bantu pasien dalam kebersihan badan, mulut, mulut dan rambut
Mempertahankan rasa nyaman
Lakukan pendidikan kesehatan : petingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara kebersihan
Meningkatkan pengetahuan dan membuat klien lebihnkooperatif


Daftar pustaka :
Dewi, Yuli Permita. 2012. “laporan pendahuluan personal hygiene”, (Online), (http://yuli-permita.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-personal-hygiene.html)
Saryono dan Anggriyani. 2010. “kebutuhan dasar menusia (KDM)”. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wartonah, Tarwoto.2006. “Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan”. Jakarta : Salemba Medika

 

Richa Faric Copyright © 2008 Black Brown Art Template designed by Ipiet's Blogger Template