BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit epidemi. Di Indonesia sekitar 6 juta orang terkena beberapa penyakit
jantung atau pembuluh darah. Sedangkan di dunia mortalitas kira-kira 50
juta/tahun akibat penyakit kardiovaskuler (PKV), 39 juta diantaranya di negara
berkembang. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di
dunia. Menurut American Heart Association semakin banyak kematian yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan gabungan ketujuh
penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini menunjukkan terjadinya satu
kematian akibat penyakit kardiovaskuler tiap 33 detik. (Ardyan pradana : 2011)
Infark miokard adalah kematian jaringan
otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas: lama sakitnya lebih
dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian anti angina (
PKJPDN Harapan Kita, 2001). Sedangkan menurut Widiastuti (2003) akut miokard
infark (AMI) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat disebabkan karena
ketidakseimbangan antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard. Keadaan ini
biasanya sebagai akibat pecahnya plak dengan pembentukan trombus dari arteri
koronaria yang berakibat penurunan mendesak aliran darah pada bagian miokard.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum: menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan infark
miokard
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk
mengetahui apa itu infark miokard
b. Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi infark miokard
c. Untuk
mengetahui klasifikasi infark miokard
d. Untuk
mengetahui etiologi infark miokard
e. Untuk
mengetahui manifestasi klinis infark miokard
f. Untuk
mengetahui patofisiologi infark miokard
g. Untuk
mengetahui pathway infark miokard
h. Untuk
mengetahui komplikasi klien dengan infark miokard
i.
Untuk mengetahui pemeriksaan dianostik
infark miokard
j.
Untuk mengetahui penatalaksanaan infark
miokard
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Denifinisi
Infark Miocard
Infark
Miocard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia
miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar
20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan
energinya. (Elizabeth J Corwin : 2000)
Infark
miokard juga disebut sebagai serangan jantung, yang mengacu pada kerusakan
bagian jaringan miokard saat suplai darah tiba-tiba terganggu baik oleh
penyempitan arteri koroner kronis dari aterossklerosis atau adanya obstruksi
dari embolus atau thrombus. (Barbara Engram : 1998)
Infark
miokard (IM) adalah penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri
koroner, mengakibatkan iskemia miokard dan nekrosis. (Doenges Marilyn E : 1999)
Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa infark miokard adalah kematian sel-sel
miokardium akibat iskemia.
B. Anatomi
dan Fisiologi
Sistem kardiovaskuler
terdiri dari tiga bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung, pembuluh darah,
dan darah.
1. Jantung
Jantung
adalah organ berupa otot, berentuk kerucut, berongga, basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Jantung berada didalam toraks, diantara kedua paru-paru dan
dibelakang sternum dan lebih menghadap kekiri. Ukuran jantung kira-kira sebesar
kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung
terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri kan kanan.
Sesudah lahir tidak ada hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan
kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium dan yang bawah
disebut ventrikel. Maka dikiri terdapat atrium dan ventrikel sedangkan dikanan
terdapat atrium dan ventrikel. Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus.
dan terbungkus sebuah membrane yang disebut pericardium. Membrane ini terdiri
atas dua lapis yaitu pericardium visceral adalah membrane serud yang lekat
sekali pada jantung dan pericardium pariental adalah lapisan fibrus yang
terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong
longgar. Karena susunan ini, jantung berada didalam dua lapis kantong
pericardium, dan diantara dua lapisan itu ada cairan seris. Karena sifat
meminyaki dari cairan itu, jantung dapat bergerak bebas. Disebelah dalam
jantung dilapisi endothelium. Lapisan ini disebut endokardium. Tebal dinding
jantung terdiri atas tiga lapis :
a. Pericardium
: pembungkus luar
b. Miokardium:
lapisan otot tengah
c. Endokardium:
batas dalam
Dinding
otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan dinding
disebelah kiri lebih tebah dari dinding ventrikel sebelah kanan, sebab kekuatan
kontraksi ventrikel kiri jauh lebih besar dari pada yang kanan. Dinding atrium
tersusun atas otot yang lebih tipis. Dijantung terdapat arteri koronaria yang
berfungsi untuk mensuplai darah ke jantung agar dapat memompa darah. Arteri
koronaria ini dibagi menjadi arteri koronaria kanan dan kiri yang meninggalkan
aorta dan kemudian bercabang menjadi arteri-arteri lebih kecil. Arteri
kecil-kecil ini mengintari jantung dan menghatarkan darah kesemua bagian organ
jantung. Darah yang kembali dari jantung terutama dikumpulkan di sinus
koronaria dan langsung kembali ke atrium kanan. (Evelyn C. Pearce : 2009)
2. Pembuluh
darah
Pembuluh darah arteri
dan arteriol yang membawa darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar
berisi oksigen, kecuali arteri pulmoner yang membawa darah “kotor” yang
memerlukan oksigenasi. Vena dan venula membawa darah kea rah jantung dan
kecuali vena pulmoner selalu membawa darah yang miskin akan oksigen. Sedangkan
kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol berakhir
dan venula mulai. Kapiler membentuk jalinan pembuluh darah dan bercabang-cabang
didalam sebagian besar jaringan tubuh.
Dinding arteri terdiri
atas tiga lapisan yaitu lapisan terluar (tunika adventisia), lapisan tengah
(tunika media), lapisan dalam (tunika intima). Struktur dinding vena juga
terdiri dari tiga lapis tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat.
Sedangkan kapiler terdiri dari satu lapis yaitu lapisan endothelium. (Evelyn C.
Pearce : 2009)
3. Darah
Darah adalah jaringan
cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang
disebut plasma dan didalamnya terdapat unsure-unsur padat, yaitu sel darah. Sel
darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Sedangkan plasma berisi
gas (oksigen dan karbondioksida), hormone, enzim, dan antigen. (Evelyn C.
Pearce : 2009)
C. Klasifikasi
infark miokard
Berdasarkan lapisan otot yang terkena
Akut Miokard Infark dapat dibedakan :
1.
Akut Miokard Infark Transmural yaitu
infark yang mengenai seluruh lapisan otot jantung (dinding ventrikel).
2.
Akut Miokard Infark Non Transmural /
Subendokardial Infark yaitu infark yang
mengenai otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
Berdasarkan
tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1.
Akut Miokard Infark Anterior.
2.
Akut Miokard Infark Posterior.
3.
Akut Miokard Infark Inferior. (Nn :
2012)
D. Etiologi
Penyebab
tersering dari infark miokard (MI) adalah rupturnya plak arterosklerosis pada
arteri coronaria yang disebabkan spasme arteri atau terbentuknya trombus.
Intinya infark miokard akut terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian
sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi
tersebut diantaranya :
1. Berkurangnya
suplai oksigen ke miokard.
Menurunnya suplai
oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan
dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung.
Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi
pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan
biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain:
1)
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
2)
Stress emosional atau nyeri
3)
Terpapar suhu dingin yang ekstrim
4)
merokok.
b.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan
dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh sampai kembali
lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor pemompaan dan
volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun insufisiensi yang terjadi pada
katup-katup jantung (aorta, mitralis, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya cardiac output (COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan
sirkulasi menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan
adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c.
Faktor darah
Darah merupakan
pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut darah
berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung
maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya
daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2. Meningkatnya
kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal
meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan
meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada
akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. Oleh karena itu segala aktivitas
yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark.
Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain.
Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang
harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan
yang tidak efektif.
Secara garis besar terdapat dua jenis
faktor resiko bagi setiap orang untuk terkena infark miokard akut, yaitu faktor
resiko yang bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi.
1. Faktor
Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
Merupakan faktor resiko
yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa
dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a. Merokok
Peran rokok dalam
penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan aterosklerosis;
peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi; peningkatan tekanan darah; pemicu
aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari
bisa meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak merokok.
b. Konsumsi
alkohol
Meskipun ada dasar
teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia
bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan
meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
kontroversial Tidak semua literatur mendukung konsep ini, bahkan peningkatan
dosis alkohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas kardiovaskular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c. Infeksi
Infeksi Chlamydia
pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan penyebab umum penyakit
saluran pernafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner
aterosklerotik.
d. Hipertensi
sistemik
Hipertensi sistemik
menyebabkan meningkatnya afterload yang secara tidak langsung akan meningkatkan
beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri
sebagai kompensasi dari meningkatnya afterload yang pada akhirnya meningkatan
kebutuhan oksigen jantung.
e. Obesitas
Terdapat hubungan yang
erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol
darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
f. Kurang
olahraga
Aktivitas aerobik yang
teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner, yaitu sebesar
20-40 %.
g. Penyakit
Diabetes
Resiko terjadinya
penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih tinggi
dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme
lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan
tingkat adhesi platelet).
2. Faktor
Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Merupakan faktor resiko
yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya:
a. Usia
Resiko meningkat pada
pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah menopause).
b. Jenis
Kelamin
Morbiditas akibat
penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen yang bersifat kardioprotektif
pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan
akhirnya setara dengan laki pada wanita setelah masa menopause.
c. Riwayat
Keluarga
Riwayat anggota
keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun merupakan faktor
resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga menandakan
adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa riwayat
positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga dekat.
d. RAS
Insidensi kematian
akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi dibandingkan
dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS
apro-karibia.
e. Geografi
Tingkat kematian akibat
PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan
dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur
sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.(Nn : 2010)
E. Manifestasi
Klinis
Walaupun sebagian
individu tidak memperlihatkan tanpa infark miokard yang nyata (suatu serangan jantung
tersamar), biasanya timbul manifestasi klinis yang bermakna (Elizabeth J
Corwin, 2000) :
1. Nyeri
dengan permulaan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan memiliki sifat
meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar ke bagian atas tubuh mana saja,
tetapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher atau rahang. Nitrat dan
istirahat dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik dengan menurunkan
beban jantung .
2. Terjadi
mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat
3. Perasaan
lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka
4. Kulit
yang dingin akibat vasokontriksi simpatis
5. Pengeluaran
urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta peningkatan
aldosteron/ADH.
F. Patofisiologi
Aterosklerosis pembuluh koroner
merupakan penyebab penyakit arteri koronaria yang paling sering ditemukan.
Aterosklerosis menyebabkan peninbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri
koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumenpembuluh darah. Bila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka
penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi
kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan antara
penyediaan dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga membahayakan
miokardium yang terletak disebelah distal dari daerah lesi.
Kebutuhan oksigen yang melebihi
kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang mengalami gangguan
menyebabkan terjadinya iskemia miokardium loka. Iskemia yang bersifat sementara
akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan
menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium
untuk mengubah metabolism aerob menjadi metabolism anaerob. Metabolism anaerob
melalui jalur glikolik jauh lebih tidak efisienapabila disandingkan dengan
metabolism aerob melalui fosfat berenergi tingi menurun cukup besar. Hasil
akhir metabolism anaerob (yaitu asam laktat) akan tertimbun sehingga menurunkan
Ph sel. gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta
asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri. kekuatan kontraksi
daerah miokardium yang terserang berkurang serabut-serabutnya memendek dan daya
serta kecepatannya berkurang. selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi
abnormal ; bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
berkontraksi.
Iskemia yang berlangsung lebih dari30-45
menit akan menyebabkan kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian
otot. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi
secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah
iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir bergantung pada nasib
daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar
daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemik akan
memperkecil daerah nekrosis. Perbaikan daerah iskemik dan pemulihan aliran
darah koroner dapat tercapai dengan pemberian obat trombolitik atau angioplasti
koroner transluminal perkutaneas primer (PTCA). Apabila terjadi perbaikan
daerah iskemia, maka nekrosis daerah iskemik meningkat ukuran infark. ( Sylvia
A Prince dan Lorraine M Wilson : 2005 )
G. Pathway
H. Komplikasi
Klien dengan Infark Miocard
Komplikasi yang muncul pada penderita infark
miokard (Elizabeth J Corwin,2000) adalah
1. Tromboemboli
Terjadi tromboembolus
akibat kontraktilitas miokardium berkurang. Embolus tersebut dapat menghambat
aliran darah kebagian-bagian jantung yang sebelumnya tidak rusak oleh infark
semula. Embolus tersebut juga dapat mengalir ke organ lain,menghambat aliran
darahnya dan menyebabkan infark diorgan tersebut.
2. Gagal
jantung kongesif
Terjadi gagal jantung
kongestif apabila jantung tidak dapat memompa keluar semua darah yang
diterimanya. Gagal jantung dapat timbul segera setelah infark apabila infark
awal berukuran sangat luas,atau timbul setelah pengaktifan refleks-refleks
baroreseptor. Dengan diaktifkannya refleks-refleks baroreseptor terjadi
peningkatan darah yang kembali kejantung yang rusak serta kontriksi arteri dan
arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah terkumpul dijantung dan
menimbulkan peregangan yang berlebihan terhadap sel-sel otot jantung. Apabila
peregangan tersebut cukup hebat,maka kontraktilitas jantung dapat berkurang
karena sel-sel otot tertinggal pada kurva panjang-tegangan.
3. Disritmia
Disritmia dapat timbul
akibat perubahan keseimbangan elektrolit dan penurunan pH. Daerah-daerah
dijantung yang mudah teriritasi dapat mulai melepaskan potensial aksi sehingga
terjadi disritmia. Nodus SA dan AV,atau jalur transduksi (serat Purkinje atau
berkas His), dapat merupakan bagian dari zona iskemik atau nekrotik yang
mempengaruhi pencetusan atau penghantaran sinyal. Fibrasi adalah sebab utama
kematian pada infark miokard di luar rumah sakit.
4. Syok
kardiogenik
Terjadi syok
kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu lama. Syok
kardiogenik dapat fatal pada waktu infark, atau menimbulkan kematian atau
kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian akibat gagal paru
atau ginjal karena organ-organ ini mengalami iskemia. Syok kardiogenik biasanya
berkaitan dengan kerusakan sebanyak 40% massa otot jantung.
5. Perikarditis
Terjadi perikarditis, peradangan
selaput jantung (biasanya beberapa hari setelah infark). Perikarditis sebagai
bagian dari reaksi peradangan setelah cedera dan kematian sel. Sebagian jenis
perikarditis dapat timbul beberapa minggu setelah infark, dan mungkin
mencerminkan suatu reaksi hipersensitifitas imun terhadap nekrosis jaringan.
6. Rupture
miokardium
Setelah infark
miokardium sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokadium
yang mati. Apabila jaringan parut ini cukup luas, maka kontraktilitas jantung
dapat berkurang secara permanen. Pada sebagian kasus, jaringan parut tersebut
lemah sehingga kemudian dapat terjadi ruptur miokardium atau neurisma.
I. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic (Barbara
Engram:1998) adalah
1. EKG
Menunjukkan peninggian gelombang S-T,
iskemia berarti, penurunan atau datarnya gelombang T, adanya gelombang Q neklosis.
2. Enzim
jantung dan isoenzim
CPK-MB (isoenzim yang ditemukan pada
otot jantung) meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam. LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48
jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST (aspartat
amonitransfererase) meningkat terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3-4 hari.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh hipoklemia/hiperkalemia.
4. Leukosit/sel
darah putih
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak
pada hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
5. GDA/Oksimetri
nadi
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses
penyakit menurun.
6. Kolestrol/tridlesirifa
serum
Meningkat menunjukkan arterioskerosis
sabagai penyabab IM
7. Foto
dada
Mungkin normal atau menunjukkan
pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikel.
8. Ekokardiogram
Mungkin dilakukan untuk menentukan
dimensi serambi, gerakan katup/dinding ventrikel, dan konfigurasi/fungsi katup.
9. Pemeriksaan
pencitraan nuklir
Thalium : mengevaluasi aliran daraah
mitokondria dan status sel miokardia, contoh lokasi/luasnya IM akut/sebelumnya.
Technetium : terkumpulnya dalam sel
iskemi di sekitar area nekrotik.
10. Pencitraan
darah jantung/MUGA
Mengevaluasi penampilam ventrikel khusus
dan umum, gerakan dinding regional, dan fraksi ejeksi (aliran darah).
11. Angiografi
koroner
Menggambarkan penyempitan/sumbatan
arteri koroner dan baidanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
kecepatan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri.
12. Digital
substraction angiografi/DSA
Teknik yang digunakan untuk
menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit arteri
parifer.
J. Penatalaksanaan
1.
Medis
Penatalaksanaan
medis (Barbara Engram:1998) adalah
a. Farmakologi
:
1) Antikoagulan
(untuk mencegah pembekuan baru)
2) Nitrat
(untuk mempertahankan vasodilatasi mengurangi afterload dan preload)
3) Agen
penghambat saluran kalsium (untuk meningkatkan vasodilasi dan mengurangi
kontraksi miokard)
4) Penyekat
beta-adrenegrik (untuk mengurangi kontraktilitas miocard, hingga kebutuhan
oksigen terpenuhi)
5) Agen
trombolik seperti activator plasminogen jaringan (tPA), urokinase atau
streptokinase (untuk pembekuan darah) dapat diberikan secara intravena antara
4-6 jam setelah terjadi serangan nyeri dada.
b. Pembedahan
1) Untuk
sakit yang menetap, kronis dan nyeri dada yang berat diperlukan tandur bypass
arteri koroner (CABG), atau angioplasty koroner trasluminal percutan (PTCA).
PTCA meliputi penempatan dan pemompaan ujung balon kateter pada daerah sumbatan
pembuluh arteri untuk menekan lesi ateromasus dan terus dimasukkan melebihi
dinding pembuluh , hingga memperbaiki aliran darah ke Myocardium. Pasien tang
mengalami penyakit pembuluh tunggal dan mengalami kejang jantung yang terjadi
kurang 1 (satu) tahun sebaiknya menjalani PTCA. Pasien harus terus menerus
mengalami terapi pengobatan sebelum prosedur dan pengubahan kebiasaan/pola
hidup, menggambarkan modifikasi factor risiko sejak perawatan dihentikan.
Prosedur PTCA sama dengan anteriografi koroner kecuali tim CABG dilaksanakan
pada kasus yang mengalami komplikasi. Juga laser angioplasty mungkin dilakukan.
Meskipun tidak dilakukan pengobatan pada angina, hal ini dapat membantu
memperkecil intensitas pada nyeri dada.
2. Diet
Pedoman
gizi yang dianjurkan utk menurunkan risiko terserang penyakit jantung koroner (dari
Smallcrab.com) adalah:
a.
Konsumsi lemak
sedang, < 30% dari total asupan kalori yang terdiri dari
1)
Lemak jenuh
< 10%
2)
Lemak tidak
jenuh ganda > 10%
3)
Sisanya lemak
tidak jenuh tunggal sebesar 10 – 15%
b.
Karbohidrat 50
– 60% dari total asupan kalori
c.
Protein
sebanyak 10 – 20% (cukup) dari total asupan kalori.
Makanan
yang dianjurkan :
a.
Sumber asam
folat : sari jeruk, kacang merah, brokoli, dan bayam.
b.
Sumber vitamin
B6 : pisang, advokad, daging ayam tanpa lemak, beras merah, dan sejenis gandum.
c.
Sumber beta
karoten : wortel dan sayuran hijau
d.
Sumber vitamin
E : minyak sayur dan kacang-kacangan.
e.
Sumber asam
lemak omega-3 : tuna, makerel, sarden, dan lemusu.
f.
Sumber lycopene
: tomat terutama yang masak
g.
Sumber
flavonoid : anggur, apel, bawang, dan teh.
h.
Makanan yang
tinggi serat: sayuran dan kacang-kacangan.
Makanan
yang perlu diperhatikan
a.
Makanlah paling
sedikit 5 porsi (± 300 g) buah-buahan dan sayuran, 6 porsi (± 300 g) biji
padi-padian, dan 2 porsi (500 ml) produk susu non fat atau low fat
b.
Konsumsi
kolesterol dalam sehari kurang dari 300 mg.
c.
Konsumsi garam
diusahakan di bawah 2.400 mg.
d.
Konsumsi serat
20–35 g.
Yang
harus dikurangi
a.
Daging
berlemak.
b.
Telur, susu,
penuh, jeroan, dan makanan tinggi kolesterol.
c.
Lemak jenuh.
Yang
harus dihindari
a.
Konsumsi
alkohol berlebih.
b.
Merokok.
c.
Makanan
bergaram tinggi (jika menderita tekanan darah tinggi).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Keperawatan
Dasar-dasar dalam pengkajian pasien
(Donges Marilyn E,dkk:1999) adalah
1.
Aktivitas
a. Gejala
: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
Pola hidup menetap, jadwal olahraga tak
teratur.
b. Tanda
: takikardi, dispenia pada istirahat/aktivitas.
2.
Sirkulasi :
a. Gejala
: riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, diabetes
mellitus.
b. Tanda
:
TD:
dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri
Nadi : dapat normal, penuh/takkuat, atau
lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia) mungkin terjadi.
Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra :
S3/S4 mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau complain
ventrikel.
Murmur: bila ada menunjukkan gagal katup
atau disfungsi otot papilar.
Friksi : disurigai perikarditis.
Irama jantung : dapat teratur atau tak
teratur.
Edema : distensi vena juguler, edema
dependen/perifer, edema umum, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
Warna : pucat atau sianosis/kulit
abu-abu, kuku datar, pada membrane mukosa dan bibir.
3.
Intregitas Ego :
a. Gejala
1) Menyangkal
gejala oenting/adanya kondisi.
2) Takut
mati, perasaan ajal sudah dekat.
3) Marah
pada penyakit/perawatan yang”tak perlu”.
4) Kuatir
tentang keluarga, kerja, keuangan.
b. Tanda
1) Menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata.
2) Gelisah,
marah, perilaku menyerang.
3) Focus
pada diri sendiri/nyeri.
4.
Eliminasi
a. Tanda
: normal/bunyi usus menurun
5.
Makanan/cairan
a. Gejala
: mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
b. Tanda
: penurunan turgor kulit, kulit kering/terbakar, berat badan turun.
6.
Hygiene
a. Gejala/tanda
: kesulitan melakukan tugas keperawatan.
7.
Neurosensori
a. Gejala
: pusing, berdenyut selama tidur/saat bangun
b. Tanda
: perubahan mental, kelemahan.
8.
Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala
: Nyeri dada yang timbul mendadak
b. Tanda
1) Wajah
meringis perubahan postur
2) Menangis,
merintih
3) Respon
otomatik perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernafasan, kesadaraan.
9.
Pernafasan
a. Gejala
1) Disnea
dengan/tanpa kerja, disnea noktural
2) Batuk
dengan/tanpa produksi sputum
3) Riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis
b. Tanda
1) Peningkatan
frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat
2) Pucat
/sianosis
3) Bunyi
nafas : bersih atau krekels/mengi
4) Sputum
: bersih, merah muda kental
10.
Interaksi social
a. Gejala
: stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada.
b. Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon
terlalu emosi.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat
2.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran-kapiler alveolar
4.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal, retensi urin
5.
Penurunan curah
jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan irama jantung
6.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
(Judith M Wilkinson dan Nancy R Ahern : 2011)
C. Rencana
Keperawatan dan Rasional Tindakan
Rencana keperawatan dan rasional
tindakan (Judith M Wilkinson dan Nancy R Ahern
: 2011)
adalah
1.
Nyeri akut
berhubungan dengan penumpukan asam laktat
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
b.
Pasien akan
memperlihatkan teknik relaksasi individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
c.
Pasien akan
melaorkan pola tidur yang lebih baik
d.
Pasien akan melaporkan
nyeri berkurang
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
Lakukan
pengkajian nyeri yang komprehesif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kwalitas, intensitas/ keparahan nyeri dan factor
presipitasi
|
Nyeri sebagai pengalaman subyektif yang harus digambarkan
pasien untuk mengetahui skala nyeri.
|
Minta pasien
menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10
|
Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh
pasien.Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan
pengalaman yang lain.
|
Lakukan
perubahan posisi, message punggung dan relaksasi
|
Membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri.Memberikian kontrol
situasi,meningkatkan perilaku positif.
|
Lakukan
pengalihan nyeri melalui televise, radio, tape dan interaksi penunjang
|
Membantu pasien agar dapat mengalihkan konsentrasi terhadap nyeri, kepada
sesuatu yang membuat rileks.
|
Pastikan
pemberian analgesi terapi atau strategi non farmakologi sebelum melakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri.
|
Agar pasien
mampu mengontrol melalui efek hambatan rangsangan simpatis.
|
2.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien akan
menunjukkan pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
b.
Pasien akan
mempunyai kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal
c.
Pasien akan
mempunyai fungsi paru dalam batas normal
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
Pantau pola
pernafasan
|
Mengetahui
pola pernafasan pasien
|
Auskultasi
suara nafas, perhatikan area penurunan
|
Dapat mengindikasikan edema paru skunder akibat dekompensasi jantung.
|
Mengumpulkan
dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
|
Untuk
mengetahui tingkat keseimbangan elektrolit pasien
|
Tinggikan
ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah balik vena
|
Agar darah
dapat kembali kejantung
|
Informasikan
tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas
|
Membantu
menurunkan persepsi respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis
tubuh terhadap nyeri
|
Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat
dan pembatasan natrium
|
Natrium
menyebabkan retensi cairan sehingga harus dibatasi
|
3.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran-kapiler alveolar
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien akan
mempunyai fungsi paru dalam batas normal
b.
Pasien akan
memiliki ekspansi paru yang simetris
c.
Pasien tidak
mengalami nafas dangkal / ortopnea
d.
Pasien tidak
akan menggunakan otot aksesoris untuk bernafas
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
Kaji suara paru,
frekuensi nafas, kedlaaman dan usaha nafas dan produksi sputum sebagai
indicator penggunaan alat penunjang
|
Kegagalan
pompa jantung dapat menimbulkan dis stress pernafasan
|
Ajarkan
kepada pasien teknik bernafas dan relaksasi
|
Membantu
menurunkan persepsi respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis
tubuh terhadap nyeri
|
Ajarkan
kepada pasien batuk efektif
|
|
Lakukan
tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misalnya mengurangi ansietas,
nyeri)
|
Agar dapat
menghemat kebutuhan oksigen dalam tubuh
|
Atur posisi
untuk mengurangi dispnea
|
Pasien
diharapkan tidak mengalami sesak nafas
|
Konsultasikan
dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan arteri (GDA) dan penggunaan alat
bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
|
Untuk
mengetahui gangguan keseimbangan asam-basa
|
Berikan obat
yang diresepkan (misalnya : natrium bikarbonat)
|
Untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa
|
4.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal, retensi urin
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien akan
menyatakan secara verbal pemahaman tebntang pembatasan cairan dan diet
b.
Pasien akan
menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang diprogramkan
c.
Pasien akan
mempertahankan tanda vital dalam batas normal untuk pasien
d.
Hemotokrit
dalam batas normal
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
Tentukan
lokasi dan derjat edema parifer, sacral dan periorbital pada skala 1+ sampai
4+
|
Untuk
mengetahui lokasi edema dan tingkat keparahan edema sehingga dapat dilakukan
tindakan secepatnya
|
Kaji
ekstremitas atau bagian tubuh yang
edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit
|
Mengetahui
tingkat keparahan edema
|
Timbang berat
badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
|
Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan keseimbangan cairan.
|
Pertahankan
asupan dan haluaran yang akurat
|
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan
pada adanya dekompensasi jatung.
|
Pertahankan
dan alokasikan pembatasan cairan pasien
|
Agar pasien
tidak mengalami kelebihan cairan
|
Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat
dan pembatasan natrium
|
Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
|
Kolaborasi
pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline,
Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
|
Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi
kelebihan volume cairan.
|
5.
Penurunan curah
jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan irama jantung
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien akan
mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
b.
Paien akan
mempunyai warna kulit normal
c.
Pasien akan
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (misalnya : tidak
mengalami dispnea, nyeri dada)
d.
Pasien akan
mengidentifikasi tanda dan gejala peerburukan kondisi yang dapat dilaporkan.
Intervensi
keperawatan
|
Rasional
|
Ubah posisi
pasien ke posisi datar atau trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada
pada posisi rentang lebih rendah dibandingkan biasanya
|
Meninggikan kepala tempat tidur dapat ↓ usaha tenaga untuk
bernapas&menurunkan venous return&preload
|
Untuk
hipotensi yang tiba-tiba, berat/lama, pasang akses intravena untuk pemberian
cairan intravena/obat untuk meningkatkan tekanan darah
|
Untuk
memudahkan pemberian obat untuk meningkatkan tekanan darah
|
Ubah posisi
pasien setiap 2 jam/ pertahankan aktivitas lain yang sesuai/dibutuhkan untuk
menurunkan statis sirkulasi parifer.
|
Bedrest dalam posisi supinasi menyebabkan volume plasma→hipotensi
postural&syncope
|
Berikan atau
titrasikan obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas, preload dan afterload sesuai dengan program
medis dan protocol
|
Pemberian
obat dapat mempertahankan kontraktilitas jantung
|
Lakukan
perujukkan ke pusat rehabilitasi jantung jika diperlukan
|
Memberika dukungan atau pengawasasn tambahan belanjut dan
partisipasi proses penyembuhan dan kesejahteraan.
|
6.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Hasil yang diharapkan :
a.
Pasien akan
berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan
normaldenyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah serta memantau
pola dalam batas normal
b.
Pasien akan
mengidentifikasi aktivitas / situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleransi aktivitas.
c.
Pasien akan
mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigenasi, obat,
dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Intervensi keperawatan
|
Rasional
|
Pantau respon
kardiorespiratori terhadap aktivitas
|
Untuk
mengetahui tingkat toleransi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pasien
|
Mengatur
penggunaan energy untuk mengatasi/mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
fungsi seperti bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
|
Menurunkan
kerja miokardiua/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi (contoh
perluasan IM)
|
Pantau respon
oksigen terhadap aktivitas perawatan diri/aktivitas keperawatan
|
Untuk
mengetahui kebutuhan respon pasien
|
Memberikan
anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, social dan
spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang, frekuensi/ durasi
aktivitas individu
|
Membantu
pasien dalam melakukan aktifitas
|
Pantau
tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah aktivitas : hentikan aktivitas
jika tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal bagi pasien atau jika ada
tanda-tanda bahwa aktivitas tidak dapat ditoleransi. (misalnya : nyeri dada,
pucat, vertigo, dispnea)
|
Kecenderungan menentukan respons
pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen
miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas/kembali tirah baring,
perubahan program obat, penggunaan oksigen tambahan.
|
Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
|
Menurunkan
kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
|
Klaborasikan
dengan ahli okupasi fisik (misalnya untuk ketahanan)
|
Agar pasien
dapat meningkatkan aktifitas fisik
|
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Infark
Miocard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap iskemia
miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar
20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobis lenyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan
energinya. (Elizabeth J Corwin : 2000)
2. Sistem
kardiovaskuler terdiri dari tiga bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung,
pembuluh darah, dan darah.
3. Berdasarkan
lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat dibedakan: akut miokard
infark transmural dan akut miokard infark non transmural.Sedangkan berdasarkan
tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :Akut Miokard Infark Anterior,Akut
Miokard Infark Posterior,Akut Miokard Infark Inferior.
4. Penyebab
tersering dari infark miokard (MI) adalah rupturnya plak arterosklerosis pada
arteri coronaria yang disebabkan spasme arteri atau terbentuknya trombus.
5. Manifestasi
klinis yang ditimbulkan diantaranya ialah: Nyeri dengan permulaan yang mendadak,terjadi
mual dan muntah,perasaan lemas,kulit yang dingin,pengeluaran urin yang
berkurang.
6. Komplikasi
yang muncul pada penderita infark miokard(Elizabeth J Corwin,2000) adalah
Tromboemboli, Gagal jantung kongesif,disritmia,Syok
kardiogenik,perikarditis,rupture miokardium.
7. Pemeriksaan
Diagnostik adalah EKG,elektrolit,Enzim jantung dan isoenzim,leukosit,dll
8. Penatalaksanaan
untuk penderita infark miokard adalah
a. Penatalaksanaa
medis yaitu melalui farmakologi dan pembedahan
b. Penatalaksanaan Diet yaitu
Konsumsi lemak sedang < 30%, Karbohidrat 50 – 60% dari total
asupan kalori, Protein sebanyak 10 – 20% (cukup) dari total asupan kalori.
9. Diagnosa
keperawatan untuk infark miokard adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat
b.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
c.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran-kapiler alveolar
d.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal, retensi urin
e.
Penurunan curah
jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan irama jantung
i.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis mempunyai
beberapa saran, diantaranya adalah :
a.
Agar dapat membantu dalam upaya
penyembuhan penderita infark miokard.
b.
Agar pembaca dapat mengaplikasikan cara perawatan penderita infark
miokard.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin,Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, E. Marilynn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Engram,
Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medical. Jakarta:EGC
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis.Jakarta:Gramedia
Pradana, Ardyan.2011. Infark Miokard, (Online), (http://ardyanpradanaoo7.blogspot. no/2011/04/ infark-miokard.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2012)
Prince, Sylvia
A dan Lorraine M Wilson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta:EGC.
Nn.2012. Laporan Pendahuluan Infark Miokard Akut (IMA),(Online), (http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-infark-miokard-akut.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2012)
TMC.2010.Infark Miokard,(Online),(http://calvariatmc.blogspot.no/2010/11/infark-miokard.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2012)
Nn.(Online),(http://www.smallcrab.com/jantung/460-pengaturan-makanan-bagi-penderita-jantung-koroner, diakses pada tanggal 17 Desember 2012)
0 komentar:
Posting Komentar